Selasa, 25 Maret 2014


Medan magnet bumi dimanfaatkan dalam pergerakkan atau navigasi hewan dalam mencari makanan dan migrasi.
 
Burung dapat "melihat" medan elektromagnetik bumi ketika mereka terbang di angkasa.Para ilmuwan mengatakan banyak makhluk hidup, termasuk burung, dapat merasakan kekuatan magnet bumi untuk membantu navigasi mereka ketika terbang.Tetapi sekarang peneliti menemukan reaksi berbeda yang dihasilkan pada mata setiap burung tergantung arah putaran medan magnet. Reaksi itu bisa menciptakan sebuah gambar medan magnet dalam nuansa berbeda, gelap dan terang pada mata burung, kata para peneliti menurut laporan Daily Mail.Para peneliti juga mengatakan, jika benar itu akan menjadi contoh lain keajaiban alam dalam ujicoba menggunakan bahan kimia paling eksotis mereka menemukan, hasilnya tidak bisa menyamai kemampuan yang dimiliki mata burung.
Teori kompleks ini melibatkan pemeriksaan proses dimana cahaya dipancarkan oleh mata seekor burung, yang telah menarik perhatian komunitas ilmiah lebih dari 30 tahun. Pada akhir 1970-an fisikawan Schulten Klaus menyimpulkan bahwa burung menavigasi diri dengan mengandalkan reaksi biokimi geomagnetik pada mata mereka.Sejak itu penelitian telah mengidentifikasi sel-sel khusus dalam mata burung yang melakukan kemampuan itu dibantu dengan protein cryptochrome. Ketika sebuah foton cahaya masuk ke mata burung, itu masuk ke dalam kontak mata dengan cryptochrome dan memberikan energi dorong yang meletakkannya ke dalam ruang kuantum, suatu keadaan dimana elektron terpisah tetapi masih mampu mempengaruhi satu sama lain.

Para ilmuwan telah lama berpendapat bahwa mata burung memiliki belitan-berbasis kompas, tetapi sekarang dalam paper terbaru mereka mengklaim proses itu bisa menghasilkan gambar medan elektromagnetik bumi pada matanya. Belum ada satu pun penelitian yang memberikan bukti nyata, sehingga membutuhkan banyak penelitan lagi, tetapi prospek penemuan telah memberikan harapan.Tulisan itu ditulis oleh fisikawan kuantum Simon Benjamin dari Universitas Oxford dan Universitas Nasional Singapura.

Sistem Navigasi pada Burung
Mengapa dan bagaimana awalnya burung bermigrasi, serta apa yang membuat mereka memutuskan untuk bermigrasi,Teknik navigasi didasarkan pada banyak indera. Cara ini merupakan hasil kombinasi beberapa kemampuan termasuk kemampuan mendeteksi daerah medan magnet, menggunakan pengenalan visual dan juga isyarat pada olfactorius. Reaksi kimia di pigmen cahaya khusus sensitif terhadap panjang gelombang tinggi dipengaruhi oleh daerah tersebut. Dengan pengalaman mereka mempelajari berbagai petunjuk daerah dan pemetaan ini dilakukan oleh megnetitas pada sistem trigeminal. Beberapa penelitian terbaru berhasil menemukan sebuah hubungan syaraf di antara mata dan “kelompokan N”, bagian otak depan yang aktif selama penetapan arah migrasi, yang diyakini menyebabkan burung dapat melihat medan magnet di bumi.
Beberapa cara lain yang digunakan burung untuk menentukan arah antara lain:
1. Sun compass (kompas Matahari)
Beberapa jenis burung mampu menentukan arah dengan baik hanya jika dapat melihat matahari dengan jelas. Bahkan burung migran malam menggunakan ini sabagai isyarat untuk berangkat pada senja hari.

2. Star compass (kompas bintang).
Burung Elang yang terbang malam biasanya harus mengontrol terbangnya sendiri dalam keadaan kurang jelas, langit berbintang tapi akan menjadi tidak terlihat jika sedang berawan atau mendung. Maka mereka meggunakan pedoman hubungan beberapa rasi bintang dan bukan pada 1 bintang saja.

3. Odor Map (Peta rangsang bau)
Biasanya dipakai oleh migran jarak dekat untuk pulang ke sarang.

4. Magnetic Map (Peta medan magnet)
Burung migrasi dapat mengandalkan pada instingnya untuk pulang. Gangguan terhadap medan magnet dapat mengganggu kemampuan ini.

5. Magnetic Compass (kompas medan magnet).
Beberapa burung Elang tampaknya memiliki “kompas” yang terpasang di organ tubuhnya untuk digunakan saat sedang berawan.

Penelitian berikutnya mengenai sistem navigasi burung Elang menunjukkan bahwa medan magnet bumi berpengaruh terhadap beberapa spesies. Berbagai kajian menunjukkan bahwa tampaknya burung pemangsa memiliki sistem reseptor magnetik yang maju, yang memungkinkan mereka menentukan arah dengan menggunakan medan magnet bumi. Sistem ini membantu burung menentukan arah dengan merasakan perubahan medan magnet bumi selama migrasi. Berbagai eksperimen menunjukkan bahwa burung migran dapat merasakan perbedaan medan magnet bumi sebesar 2%. Peneliti dari Jerman menemukan bahwa jika mata kanan burung ditutupi oleh penutup mata, burung tidak dapat menentukan arah terbang secara efektif, sementara mereka bisa terbang sangat baik jika mata kiri ditutup sebagai gantinya. Telah lama diketahui bahwa burung dapat merasakan medan magnet dan menggunakannya untuk navigasi, terutama ketika bermigrasi ke selatan ketika musim dingin.
Sekarang para peneliti menemukan bahwa burung itu benar-benar bisa melihat medan magnet dengan mata kanan yang kemudian memberikan informasi ke otak bagian kiri. Burung melihat medan magnet sebagai warna terang atau gelap. Perubahan posisi kepala juga merupakan kompas alami yang mereka miliki ketika terbang. Para ilmuwan yakin bahwa burung memiliki suatu molekul dalam retinanya yang aktif saat terkena cahaya biru di mana masing-masing molekul memiliki elektron yang tak berpasangan. Penglihatan visual biasa maupun penglihatan magnetik pada burung melibatkan variasi cahaya dan bayangan. Tetapi bedanya, penglihatan visual cenderung memiliki garis-garis tajam dan tepi, sedangkan penglihatan magnetik memiliki perubahan lebih bertahap dari terang ke gelap.Para peneliti yang dipimpin oleh Katrin Stapput dari Goethe-Universitat di Frankfurt, Jerman, menemukan bahwa ketika gaya magnetik ini terdistorsi oleh pola terang dan gelap, burung mengalami kebingungan sehingga tidak dapat memisahkan informasi dari gambar visual dan magnetik.

1 komentar: